Menurut Pendapat Kalian Bagaimana Isi Dari Blog Saya???

Senin, 31 Oktober 2011

Metode Riset tugas ke 5


Judul                           : Analisis metode Kewirausahaan dalam bentuk franchise pada masyarakat di kecamatan bekasi timur
Pengarang                   : Aldian Luthfan
Tahun                          : 2011
Tema                           : Kewirausahaan

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Data dan Sample
        Desain penelitian khususnya dalam tipe hubungan antar variabel dapat dibagi menjadi 2 yaitu : tipe hubungan variabel korelasional dan tipe hubungan variabel sebab akibat. Penelitian ini termasuk dalam tipe desain penelitian sebab akibat yaitu untuk mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat antar variable.
      Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data primer yang merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber dari lapangan. Data primer secara khusus dikumpulkan oleh peneliti untuk menjawab pertanyaan penelitian. Dalam penelitian ini data primer didapat dari pengisian kuesioner dari responden. Responden dalam penelitian ini adalah semua perusahaan franchisee yang ada di kecamatan Bekasi Timur . Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu yaitu pemilihan sampel yang dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Purposive sampling merupakan pemilihan sekelompok subyek berdasarkan atas ciri-ciri tertentu yang dipandang mempunyai sangkut paut yang erat dengan ciri-ciri populasi yang sudah diketahui. Melalui cara ini sampel dipilih karena factor kondisi seperti keberadaan sampel pada tempat dan waktu yang tepat (Soleh,
2005).
          Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan franchise di kecamatan Bekasi Timur . Adapun kriteria responden yang dipilih adalah perusahaan franchise domestik dalam bidang food service yang termasuk dalam AFI dan ditambahkan perusahaan franchise lokal yang tidak ikut serta dalam Asosiasi Franchise Indonesia. Berdasarkan teknik purposive sampling, maka terpilih sampel sejumlah 130 perusahaan.
         Dari data pada AFI (Asosiation Franchise Indonesia), jumlah perusahaan waralaba di Indonesia saat ini mencapai sekitar 290 perusahaan (Sriwijaya Post, 2003). Sedangkan perusahaan franchise yang terdaftar dalam AFI adalah sebanyak 54 (Majalah Bank dan Wirausaha edisi 10 Tahun 2003; Majalah Warta Bisnis edisi 23 Tahun 2004: Majalah Swa no 22/XX/28 Tahun 2004). Selain perusahaan franchise yang terdaftar diatas masih banyak perusahaan franchise yang belum
terdaftar dalam Asosiasi Franchise Indonesia (AFI). Maka populasi penelitian ini adalah perusahaan waralaba yang ada di kecamatan Bekasi Timur baik yang tergabung dalam organisasi atau tidak.

3.2 Metode Pengumpulan Data
1. Wawancara

Merupakan pengumpulan data dengan tatap muka secara langsung dengan cara tanya jawab mengenai tujuan penelitian untuk mendapatkan informasi yang lebih dalam dan luas yang tidak didapatkan di kuesioner.

2. Dokumentasi

Merupakan pengumpulan bahan-bahan yang berkaitan dengan penelitian yang berasal dari data sekunder, seperti jurnal-jurnal ilmiah, literatur-literatur serta publikasi-publikasi lain yang layak dijadikan sumber masukan untuk penelitian.

3. Observasi
Pengumpulan data menggunakan metode angket, yaitu dengan memberikan pertanyaan atau kuesioner secara langsung kepada para responden yaitu para franchisee di kecamatan Bekasi Timur. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan satu macam angket yaitu angket tertutup. Angket tertutup digunakan untuk mendapatkan data tentang dimensi-dimensi dari konstruk-konstruk yang
sedang dikembangkan dalam penelitian ini. Pernyataan-pernyataan dalam angket tertutup dibuat dengan menggunakan skala Likert untuk mendapatkan data yang bersifat interval dan diberi skor atau nilai sebagai berikut:

metode pengumpulan data dengan cara observasi langsung dengan menggunakan angket :

 3.3 variable dan indikator
3.3.1 INDIKATOR
Dalam sebuah buku secara ringkas bahwa dalam melakukan kegiatan wirausaha kita wajib melakukan MLM atau Meet,Learn and Multiply
1.      Meet (bertemu)    :  Dalam berkegiatan usaha,pengusaha harus menemui orang lain untuk di jadikan mitra kerja atau dapat di jadikan pelanggannya.
2.      Learn (belajar )    : Dalam berkegiatan usaha pengusaha haruslah memulai usahanya dengan belajar “awal” (dalam bahasa inggris learn bukan study) dengan demikian pengusaha dapat berkembang seiring pembelajarannya tentang menjalankan wirausahanya
3.      Multiply               :  kegiatan terakhir yang harus di lakukan Dalam berkegiatan usaha adalah melipatgandakan hasil dari usaha yang di lakukannya.(budiman,2004)



 




















 3.3.2 VARIABLE


Berdasarkan Tabel 4.2. diatas nampak bahwa responden pria merupakan responden mayoritas yaitu sebanyak 79% dari
total 130 responden yang berpartisipasi dalam penelitian ini.

sumber : 
  • Pengaruh Kualitas Manajemen, Motivasi Kewirausahaan, Dan Pengelolaan Merek Terhadap Kualitas Hubungan Franchise Dalam Meningkatkan Kinerja Penjualan (Marselia Herma Hapsari,2008) 
  • Membangun Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) “ Menjadi Mahasiswa Pengusaha (Entrepreneur student) Sebagai Modal Untuk Menjadi Pelaku Usaha Baru ( Tedy Oswari,2005)  
  • Kewirausahaan Bagi Kelompok  UPPKS-PROKESRA ( budiman , 2004 )

Tugas ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh bapak Prihantoro

nama   : aldian luthfan
npm    : 112 09 800
kelas   : 3 ea 11


Senin, 24 Oktober 2011

Metode Riset tugas ke 4


Judul                           : Analisis metode Kewirausahaan dalam bentuk franchise pada masyarakat di kecamatan bekasi timur
Pengarang                   :  Aldian Luthfan
Tahun                         : 2011
Tema                          : Kewirausahaan

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Teori dan konsep dasar kewirausahaan
2.1.1 Pengertian wirausaha/ wiraswasta
            Wirausaha adalah orang yang memiliki keberanian untuk melakukan usaha dengan tangannya sendiri, berani untuk menanggung resiko dan memiliki dedikasi untuk menjalankan bisnis hingga berhasil. Untuk mencapai keberhasilan ini menurut david mc clelland di perlukan orang yang mempunyai kebutuhan atas prestasi “ n ach atau need for achievement” yang tinggi.   
Secara lebih luasnya kewirausahaan dapat di definisikan sebagai proses penciptaan sesuatu yang  berbeda nilainya dengan menggunakan usaha dan waktu yang di perlukan, memikul resiko financial,psikologi,dan sosial serta menerima balas jasa moneter dan kepuasan pribadi (masykur wiratno,2001)
Sedangkan menurut fadel muhammad (buchari alma,2001) wiraswasta adalah orang yang memfokuskan diri pada peluang bukan pada resiko. Wiraswasta bukanlah pengambilan resiko melainkan penentu resiko.
2.1.2 Kualitas hubungan franchise sebagai bagian dari wirausaha
Format bisnis franchise telah berkembang secara luas dalam sector ekonomi di USA dan UK (Mandelsohn, 1995: 69). Pemberian ijin franchisor kepada franchisee untuk mengembangkan bisnis menggunakaan mereknya. Pada dasarnya franchisor menyediakan proses managerial kepada franchisor untuk menjalankan bisnis sesuai dengan kontrak franchise (Cughlan, 2001 : 86). Peran franchisor meliputi permintaan, ancaman dan perjanjian mempunyai hubungan positif terhadap perselisihan hubungan franchise.
            Karena hubungan franchise tidak dapat dikendalikan oleh ketergantungan franchisee. Sehingga peran franchisor diatas mempunyai hubungan negative terhadap ketergantungan franchisee. Artinya keterikatan franchisee tidak bisa dilakukan dengan tekanan pihak franchisor. Sehingga solusi terbaik adalah terciptanya hubungan fair/adil atas 2 arah antara franchisor dengan franchisee (Tikoo, 2005: 329) misal menggunakan pertukaran informasi (information exchange), kesanggupan (promise), pengendalian diri (restrain) atas penekanan sebelumnya demand, treat dan legalistic dalam mempengaruhi franchisee. Menurut Johnsin (1999: 4-18) kualitas hubungan digambarkan sebagai kedalaman dan iklim organisasi dari sebuah hubungan antar perusahaan. Ada juga yang menyatakan kualitas hubungan sebagai evaluasi menyeluruh dari kekuatan hubungan (Smit, 1998; Garbarino dan Johnson, 1999).

2.1.3 hal yang penting untuk mengukur kualitas hubungan antara franchisor dengan franchisee
a. Kepercayaan
Kepercayaan adalah hal terpenting penentu kesuksesan kerjasama (Dwyer et al., 1987; Ganesan, 1994; Mohr and Spekman, 1994; Morgan and Hunt, 1994; Gundlach et al., 1995; Varadarajan and Cunningham, 1995; Jap, 1999 dalam Monroy dan Alzola, 2005: 585). Disamping itu kepercayaan dapat digambarkan dalam 2 komponen berbeda yaitu kredibilitas dan benevolence (kebajikan) (Monroy dan Alzola, 2005: 585).
Kredibilitas mengacu pada perluasan dimana 1 partner mempercayai bahwa partner lain memiliki kacakapan untuk menampilkan kerja yang efektif dan dapat diandalkan. Sedangkan benevolence berdasarkan perluasan dimana satu partner mempercayai partner lain karena memiliki motivasi yang bermanfaat untuk mengatasi masalah yang ada.
b. Komitmen
Beberapa peneliti menyatakan bahwa komitmen adalah unsur yang essensial dalam kesuksesan hubungan (Dwyer etaL, 1987; Ganesan, 1994; Mohr and Spekman, 1994; Morgan and Hunt, 1994 ; Gundlach et al., 1995; Varadarajan and Cunningham, 1995; Andaleeb, 1996; Geyskens etaL, 1996; Jap, 1999 dalam Monroy dan Alzola, 2005: 585). Komitmen penting sebagai hasil dari kerjasama yang mengurang potensi ketertarikan alternative ke hal lain dan akhirnya mampu meningkatkan profit.
c. Relasionalism (rasa kekeluargaan)
Realsionalism dapat disebut sebagai kerjasama sosial yang mempertimbangkan referensi dari evaluasi perilaku patner. Pada kenyataannya mereka mengijinkan pertimbangan atas kenyamanan dari tindakan satu pihak dengan standar yang pasti dalam melengkapi penyusunan dasar untuk penyelesaian konflik. Dalam penelitian ini yang termasuk dalam relasionalism adalah flexibilitas, solidaritas, mutuality dan harmonisasi konflik.

2.1.4 Karakteristik pribadi wirausaha
            Sifat kepribadian wirausaha dipelajari guna mengetahui karakteristik perorangan yang membedakan seorang wirausaha dan bukan wirausaha. David mc clelland menyatakan ada korelasi positif antara tingkah laku orang yang mempunyai motifasi tinggi dengan tingkah laku wirausaha.
yang termasuk orang yang mempunyai motifasi tinggi adalah :
a.       Memilih resiko pertengahan “moderate”, dalam tindakannya ia memilih sesuatu yang ada tantangannya, namun dengan cukup kemungkinan untuk berhasil
b.      Mengambil tanggung jawab pribadi atas perbuatan-perbuatan.
c.       Mencari umpan balik atas segala perbuatan perbuatannya.

2.1.5 Kualitas Manajemen
            Dalam perluasan dan meningkatnya sistem franchise diperlukan sebuah inovasi manajerial dalam improvisasi peningkatan sinergi dan pembagian sumberdaya agar optimal dalammengelola franchise diperlukan kualitas kerjasama yang baik. Sehingga improvisasi perusahaan dapat dinyatakan dalam hubungan franchisor an franchiseenya dalam jangka panjang untuk membentuk jaringan yang kuat.
            Keuntungan penerapan dan pengembangan kualitas manajemen membawa peningkatan sistem franchise yang dapat dilihat dalam aspek berikut ini (Monroy dan Alzola, 2005: 585) :

·         Meningkat dengan cepatnya pertumbuhan sistem franchise diikuti pelanggan yang lebih mudah dalam mengakses produk/service.
·         Franchisee dimotivasi oleh kesempatan untuk bertindak dalam bisnis perseorangan yang cukup antusias memimpin dan berpartisipasi dalam proyek franchisor dan adanya pembagian profit dari unit franchise. Motivasi yang lebih tinggi menghasilkan kepercayaan franchisor dimana franchisor memimpin dengan mengurangi biaya monitoring.
·         Kualitas transaksional dalam sistem franchise menggambarkan kinerja bisnis dalam jangka pendek dimulai unit analisis yang efektif dalam setiap transaksi. Kualitas transaksional memfokuskan pada identifikasi factor penentu kesuksesan franchisee dalam memulai bisnisnya diman hal ini dapat diterapkan dengan mempertimbankan aspek konstitusi dengan criteria minimum untuk memulai dan mengelola bisnis dengan tepat.

2.2 Tinjauan Riset Terdahulu

































2.3 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan data- data di atas dapat di buat hipotesis seperti berikut :

H1 : Kewirausahaan dalam bidang franchise berpengaruh terhadap kesejahteraan masyarakat

H2 : Kewirausahaan dalam bidang franchise berpengaruh terhadap perkembangan ekonomi di wilayah bekasi timur.

H3 : Kewirausahaan dalam bidang franchise berpengaruh terhadap  perkembangan keterampilan warga dalam mengolah bahan baku menjadi barang produksi.

H4 : Kewirausahaan dalam bidang franchise berpengaruh terhadap kinerja masyarakat dalam proses perekonomian.



  • Pengaruh Kualitas Manajemen, Motivasi Kewirausahaan, Dan Pengelolaan Merek Terhadap Kualitas Hubungan Franchise Dalam Meningkatkan Kinerja Penjualan (Marselia Herma Hapsari,2008) 
  • Membangun Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) “ Menjadi Mahasiswa Pengusaha (Entrepreneur student) Sebagai Modal Untuk Menjadi Pelaku Usaha Baru ( Tedy Oswari,2005)  
  • Kewirausahaan Bagi Kelompok  UPPKS-PROKESRA ( budiman , 2004 )
Tugas ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh bapak Prihantoro

nama   : aldian luthfan
npm    : 112 09 800
kelas   : 3 ea 11

Rabu, 12 Oktober 2011

tugas prilaku konsumen


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dalam mengenal konsumen kita perlu mempelajari perilaku konsumen sebagai perwujudan dari seluruh aktivitas jiwa manusia itu sendiri.
Suatu metode didefinisikan sebagai suatu wakil realitias yang di sederhanakan. Model perilaku konsumen dafat didefinisikan sebagai suatu sekema atau kerangka kerja yang di sederhanakan untuk menggambarkan aktivitas-aktivitas konsumen.
Model perilaku konsumen dapat pula di artikan sebagai kerangka kerja atau suatu yang mewakili apa yang di yakinkan konsumen dalam mengambil keputusan membeli.
Adapun yang mempengaruhi factor-faktor perilaku konsumen yaitu :
1.      Kekuatan sosial budaya terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, klompok anutan (small referebce grups), dan keluarga.
2.      kekuatan pisikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan.
Sedangkan tujuan dan fungsi modal perilaku konsumen sangat bermanfaat dan mempermudah dalam mempelajari apa yang telah diketahui mengenai perilaku konsumen.
Menganalisis perilaku konsumen akan  lebih mendalam dan berhasil apa bila kita dapat memahami aspek-aspek pisikologis manusia secara keseluruhan. Kemampuan dalam menganalisis  perilaku konsumen berarti keberhasilan dalam menyalami jiwa konsumen dalam memenuhi kebutuhannya.
Dengan demikian berarti pula keberhasilan pengusaha, ahli pemasaran, pimpinan toko dan pramuniaga dalam memasarkan suatu produk yang membawa kepuasan kepada konsumen dan diri pribadinya.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belang permasalahan yang ada, maka dikemukakan  perumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apakah  perilaku  konsumen itu dlm Ilmu Ekonomi ?
2.      Factor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen ?
3.      Metode apa saja yang digunakan  dalam  penelitian  perilaku konsumen ?
4.      Apa teori dari perilaku konsumen ?
5.      Bagaimana segmentasi pasar yang ada di dalam perilaku konsumen?
6.      Bagaimana cara pengambilan keputusan oleh konsumen ?

1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai, adalah :
1.      1. Untuk mengetahui apakah perilaku konsumen itu dalam ilmu ekonomi
2.      2. Untuk mengetahi faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku konsumen
3.      3. Untuk mengetahui metode apa saja yang di gunakan dalam penelitian perilaku konsumen
4.      4. Untuk mengetahui teori dari perilaku konsumen
5.      5. Untuk mngetahui segmentasi apa saja yang termasuk dalam perilaku konsumen
6.      6. Untuk mengetahui proses pengambilan keputusan oleh konsumen.

tugas selengkapnya telah di kirim ke e-mail bapak seno sudarmono terima kasih

Minggu, 09 Oktober 2011

Metode Riset tugas ke 3


Jurnal Ilmiah

Judul                           : Analisis metode Kewirausahaan dalam bentuk franchise pada masyarakat di  kecamatan bekasi timur
Pengarang                   : Aldian Luthfan
Tahun                         : 2011
Tema                          : Kewirausahaan

Bab 1 Pendahuluan

1.1 Latar belakang masalah

Kurangnya Jumlah masyarakat yang memiliki jiwa wirausaha di indonesia, yang di sebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kewirausahaan,etos kerja yang kurang menghargai kerja keras,cepat puas dengan hasil kerja dan pengaruh penjajahan yang terlalu lama serta kondisi ekonomi yang belum membaik.(Tedy oswari,2005)
              Arus perekonomian sekarang ini banyak menjurus ke sistem franchise Perusahaan besar cenderung memilih sistem franchise dibandingkan membuka cabang baru. Franchising dilakukan franchisor untuk mengatasi sumberdaya internal dengan menyediakan akses franchisee. Dengan jalinan ini  franchising menjadi tumbuh dan berkembang. Hal yang paling sering adalah keterbatasan financial capital (Oxenfeldt dan Kelly, 1969; Ozanne dan Hunt Caves dan Murphy, 1976 dalam Hoopkinson dan Scott, 1999). Keterbatasan human capital juga menggerakan dalam bentuk “Penrose effect” yaitu kekurangan kapasitas manajerial dalam perusahaan lebih kecil atau lebih muda. Manajer handal akan memilih menjadi anggota melalui franchising dalam mengatasi keterbatasan human capital (Thompson, 1994 dalam Hoopkinson dan Scott, 1999: 827).

         Mengelola usaha memerlukan sikap kewirausahaan, yang di simpulkan menjadi : “ bekerja dengan keyakinan memperoleh hasil pada usaha yang tepat, bukan hanya untuk memperoleh uang tetapi juga dapatmengelola uang dengan benar”. Dalam bisnis franchise tidak terlepas dari franchisor yang membina agenagennya, atau yang biasa disebut franchisee. Teori agensi menjelaskan bagaimana mengorganisasikan hubungan dengan baik dimana salah satu pihak (the principal) menentukan kerja, sedangkan pihak yang lain menerimanya (Eisenhardt, 1985).

         Salah satu bentuk di dalam seni berwirausaha adalah franchising,Franchising sendiri menawarkan keuntungan bagi franchisor (pemilik  perusahaan) meskipun tidak ada penyatuan menyeluruh tapi semi integrated. Dari banyak nya penggunaan sistem franchise ini perlu dilakukan kajian mendalam mengenai hubungan relationship dalam franchise baik itu segi konflik-konflik yang terjadi dan kepercayaan.(Marselia Herma Hapsari,2008)

1.2 Perumusan masalah
      Berdasarkan masalah yang terjadi pada tahun 2004, lebih dari 40 juta orang tidak memiliki pekerjaan. Berdasarkan data BPS (Biro Pusat Statistik) tercatat angka kemiskinan 17,4% yang artinya 37,3 juta jiwa dari jumlah penduduk Indonesia berada di bawah garis kemiskinan, oleh karena itu di butuhkan sikap mental yang baik dalam mendukung pembangunan khususnya pertumbuhan perekonomian yang perlu di tanamkan pada diri individu masing-masing masyarakat.(Tedy Oswari,2005)
           Dari hasil penelitian Tikoo (2005: 329) peran franchisor meliputi permintaan, ancaman dan perjanjian mempunyai hubungan positif terhadap perselisihan hubungan franchise. Konflik sendiri biasanya terjadi disebabkan oleh asimetri distribusi atas kekuatan franchisor (Quinn dan Doherty, 2000: 354) Aspek konflik harus dikelola untuk menciptakan hubungan baik antara franchisor dan franchisee. Dalam penelitian Scul (1980) menemukan konflik yang diterima memiliki pengaruh positif terhadap kinerja organisasi dengan rendahnya tingkat rata-rata konflik. Namun kebalikannya (Rosenberg dan Stem, 1971 dalam Morrison 1997:39) konflik mempunyai pengaruh negatif pada kinerja organisasi dengan tingkat yang tinggi atas terjadi konflik. Teori ini dapat dijelaskan bahwa konflik yang terjadi mempunyai pengaruh positif pada naiknya kinerja pada tingkat tertentu. Akhirnya naiknya tingkat konflik akan menghasilkan pengaruh negative pada kinerja penjualan. Untuk itu peran kewirausahaan di bekasi khususnya harus di kembangkan agar masyarakat yang tinggal di daerah bekasi ini daapat terangkat taraf hidupnya dengan memulai berwira usaha dengan model franchising yang sekarang ini sedang berkembang di dalam masyarakat khususnya di kecamatan bekasi timur.

1.3 Tujuan Penelitian

          Tujuan dalam melakukan penelitian ini di titik beratkan pada sejauh mana masyarakat di kecamatan bekasi timur berpotensi untuk berwirausaha dalam bidang franchising dan bagai mana agar hal itu dapat merubah kualitas hidup masyarakat di kecamatan bekasi timur, dengan begitu tujuan tujuan ini dapat di uraikan menjadi poin poin yaitu :
1. Untuk menganalisis pengaruh kualitas manajemen terhadap kualitas hubungan franchise.
2. Untuk menganalisis pengaruh motivasi kewirausahaan terhadap kualitas hubungan franchise.
3. Untuk menganalisis pengaruh pengelolaan merek terhadap kualitas hubungan franchise.
4. Untuk menganalisis pengaruh kualitas manajemen, motivasi kewirausahaan, dan pengelolaan merek terhadap kualitas hubungan franchise.
5. Untuk menganalisis pengaruh kualitas hubungan franchise dengan kinerja penjualan.
6. Untuk menganalisis sejauh mana masyarakat di kecamatan bekasi timur berpotensi berwirausaha menggunakan metode franchise.

1.4 Manfaat Penelitian

      Dalam penelitian ini dapat diartikan bahwa apabila masyarakat khususnya pada kecamatan bekasi timur dapat menjalankan kewirausahaan dengan menggunakan metode frenchise, maka kebutuhan serta kesejahteraan masyarakat akan terjamin, hal ini bisa di sebut demikian karena apabila masyarakat memulai berusaha dengan berwirausaha mandiri dengan metode franchising, secara otomatis orang tersebut bisa mensejahterakan kehidupannya karena dia telah mempunyai pegangan hidup yaitu adanya usaha yang dia kelola dalam bentuk bisnis franchising yang dapat di katakan merupakan bisnis yang sedang berkembang pesat sehingga bila di kembangkan dengan benar maka laba atau penghasilan yang di dapat sepenuhnya berasal  dari hasil individu tersebut , sehingga penghasilan yang di dapatpun murni di dapatkan sepenuhnya dan bisa di pergunakan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat di kecamatan bekasi timur.



Sumber :
  • PENGARUH KUALITAS MANAJEMEN, MOTIVASI KEWIRAUSAHAAN, DAN PENGELOLAAN MEREK TERHADAP KUALITAS HUBUNGAN FRANCHISE DALAM MENINGKATKAN KINERJA PENJUALAN (Marselia Herma Hapsari,2008)
·         Membangun Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) “ Menjadi Mahasiswa Pengusaha (Entrepreneur student) Sebagai Modal Untuk Menjadi Pelaku Usaha Baru ( Tedy Oswari,2005)
·         Kewirausahaan Bagi Kelompok  UPPKS-PROKESRA ( budiman , 2004 )




 Tugas ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh bapak Prihantoro

nama   : aldian luthfan
npm    : 112 09 800
kelas   : 3 ea 11


Senin, 03 Oktober 2011

Analisis Jurnal Tema Kewirausahaan tugas ke 2


Analisis Jurnal                                              Tema     : Kewirausahaan
Judul                     :               Menggali Potensi Kewirausahaan Masyarakat Betawi Di Sawangan
Pengarang          :               M.M. Nilam Widyarini, Hendro Prabowo, Tety Elida
Tahun                   :               2005
Latar Belakang Masalah :
ü Fenomena    : Penulis memberikan beberapa deskripsi tentang tulisan yang di buatnya antara lain:
i.                     Tentang fenomena keterpinggiran masyarakat betawi di bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik.
ii.                   Persepsi yang berkembang di kalangan masyarakat betawi tentang keadaan mereka saat ini di bidang ekonomi, sosial budaya dan politik, serta kebutuhan apa yang di rasakan oleh warga untuk keluar dari keterpinggiran.
iii.                  Tentang nilai-nilai budaya betawi untuk mengetahui faktor positif yang dapat di kembangkan untuk meningkatkan mentalitas kewirausahaan.

ü Penelitian Sebelumnya   : Penelitian tentang ini juga dilakukan sebelumnya oleh siswantari,2000, shahab,2000, tim depdikbud,1993 , Setiono,2002 , Harefa,2002 , Prabowo,1998 , alma,2000 , Suryana, 2001, Novak et al,1995 , Longenecker et al,2001 , Mc conell,1980 , Nickels & stewart,2003 , Danandjaya,1986 , Berry dkk,1999 , Hills,2003 , kuriloff dkk,2001 , Hansen,1996 , Winkel,1991 , Neuman,2000 .

ü Motivasi Penelitian           : Merupakan langkah penjajakan (assestment) yang di susul dengan penyusunan modul-modul pendidikan kewirausahaan untuk masyarakat betawi.

Masalah                                       : Permasalahan yang di angkat dalam jurnal ini adalah membangkitkan keterpinggiran warga betawi dari keadaan mereka saat ini di bidang ekonomi,sosial budaya dan politik dengan kewirausahaan sebagai solusinya.

Tujuan Penelitian                     : menjawab pertanyaan-pertanyaan tentang sejauh mana keterpinggiran, pesepsi,nilai,serta modul pendidikan kewirausahaan masyarakat betawi udik dalam mengatasi permasalahan di bidang ekonomi, sosial budaya, dan politik  serta kebutuhan apa yang di rasakan oleh warga untuk keluar dari keterpinggiran. Disamping itu juga menghasilkan modul pendidikan kewirausahaan yang di kembangkan sesuai dengan kebutuhan dan nilai- nilai dalam masyarakat setempat.                      
Metodologi :
·         Data  : Penulis menggunakan pengambilan data menggunakan berbagai metode system pengumpulan data yang meliputi :
1.       Data-data lingkungan fisik dan lingkungan sosial budaya di kumpulkan dengan metode observasi.
2.       Untuk mengumpulkan data data demografi per KK di gunakan metode angket
3.       Untuk mengetahui nilai nilai yang di kukuhi oleh subjek serta persepsi subjek tentang keterpinggirannya digunakan metode focus group interview (FGI) yaitu merupakan metode pengumpulan data yang di ambil dari mewawancara bagian bagian dari masyarakat betawi yang ada di daerah tersebut.

·         Variable :



Tahapan penelitian :  tahapan tahapan yang di lakukan peneliti dalam jurnal ini meliputi :
1.       Latihan motivasi dan kebutuhan pencapaian ( motivational and need achievement training )
Hal ini  bertujuan agar peneliti selain dapat menggali informasi juga dapat membanu masyarakat di daerah tersebut tentang pentingnya penyadaran , motivasi untuk memperkuat dan menstabilkan kebutuhan untuk berwirausaha.          
2.       Latihan tekhnik dan kemampuan (technical and skill training )
Hal ini di lakukan peneliti bertujuan untuk menggali tekhnik dan kemampuan yang berada dalam masyarakat betawi dalam berwirausaha.
3.       Latihan manajerial dan informasi umum (training in managerial skill and general information )
Hal ini di lakukan oleh peneliti bertujuan untuk menggali kemampuan mengatur bagai mana tata cara berwirausaha dan menambahkan informasi umum tentang berwira usaha dalam masyarakat betawi.

·         Model penelitian
Peneliti menggunakan model penelitian berupa survey lapangan tentang warga di daerah betawi sawangan yang berpotensi untuk dikembangkannya jiwa kewirausahaan di masyarakatnya.


hipotesis

Masyarakat betawi udik yang menjadi subjek penelitian mengalami keterpinggiran baik dalam bidang ekonomi, sosial maupun politik, sehingga untuk mengembangkan kewirausahaan masyarakat betawi, di perlukan modul pendidikan kewirausahaan yang sesuai dengan jenis keterampilan dan pengetahuan yang di miliki masyarakat betawi.

Implikasi
Untuk dapat menyadarkan masyarakat betawi di daerah sawangan maka yang harus di lakukan adalah melakukan pendekatan secara efektif pada masyarakatnya dengan cara :
1.       Memasuki lapangan :  melakukan pendekatan pada pejabat desa ( ketua RT dan RW ) setempat.
Membangun rapport dan membina hubungan : selain untuk meneliti peneliti melibatkan diri dalam pertemuan warga sehingga dapat di gunakan pula untuk mensosialisasikan dan pengembangan masyarakat tentang kewirausahaan.

tugas ini dibuat berdasarkan tugas dari bapak prihantoro